Hmmmpp... seseorang yang pernah kita kecewakan, apa iya masih mau dekat dengan kita? Apa iya masih menganggap kita itu baik? Apa iya masih ada kepercayaan untuk kita? Apa iya masih mau kita mintai bantuan?
Yang saya rasa, semua jawaban atas pertanyaan itu adalah TIDAK. Mengapa tidak? Ya, tentu saja. Dari pengalaman yang ku ambil, orang itu menjauh dariku. Ia merasa begitu kecewa terhadapku. Tawanya seketika hilang ketika aku lewat di hadapannya dan kemudian tertawa lagi ketika aku sudah berada jauh darinya. Selalu tampak sedih setiap kali berada di dekatku. Meski sering kali ia berkata kepadaku melalui pesan bahwa ia selalu bahagia bila berada di dekatku. Namun bukan itu kenyataan yang ada.
Ia memandangku tidak seperti yang dulu. Berubah pandangannya terhadapku. Hilang kebaikanku di matanya. Namaku tercoreng dalam hatinya. Bahkan mungkin black list. Walau ia selalu berkata bahwa aku selalu baik di matanya. Namun itu bukan kenyataan yang ada.
Ia tak percaya lagi padaku. Biasanya setiap kali ia ada maslah, ia bercerita padaku. Ia meminta pendapatku, bahkan ketika belajar ia memintaku untuk mengajarinya. Tapi sesudah aku mengecewakannya. Ia enggan meminta bantuanku, ia enggan bercerita padaku. Bahkan seperti yang kukatakan tadi, Ia enggan tersenyum padaku. Dan ia lebih mengalihkan itu semua kepada sahabatku.
Di situ hatiku teriris. Aku bagai orang yang tidak dianggapnya. Aku tidak di anggap ada. Ya aku bisa memaklumi apabila saat itu kita saling berjauhan. Tapi kenyataannya, saat itu kita dekat. Kita berada di dalam satu lingkungan yang hampir setiap hari kita bertemu. Sakit rasanya. Terlebih lagi aku adalah seorang wanita. Yang bila hatinya terluka, air mata turut menyertainya.
Dan kejadian akhir-akhir ini yang semakin mempertegas keadaan. Bahwa ia memang tak mengharapkan aku ada di dekatnya, di lingkungannya. Sesekali aku coba menghubunginya untuk meminta tolong. Namun yang kudapat hanya penolakan. Ya oke aku bisa mengerti. namun yang menyakitkan hatiku adalah ketika seseorang yang lain meminta bantuan yang sama di waktu yang sama, ia sanggup menolongnya.
Lagi-lagi aku merasa bersalah. Merasa bahwa aku ini adalah makhluk yang sangat keji terhadap orang. Meskipun aku tampak kuat di hadapan orang-orang. Namun hatiku menangis tiap kali kejadian itu terulang. Karena tidak hanya di satu waktu. tapi terus di waktu-waktu yang lain. Dan sering kali ia memojokkanku. Sehingga aku semakin merasa bersalah.
Ya Allah, Bagaimana caraku agar aku bisa menyambung silaturahmi lagi dengan orang yang pernah aku kecewakan?
Berilah petunjuk-Mu, berilah cahaya Illahi-Mu. Berilah ketenangan hati,