24 December 2011

Remember Forever (ROHIS SMAN7 BEKASI 2010/2011))

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saat gue lulus nanti.. sampe kapanpun.. gue gg akan bisa berhenti nangis tiap inget kalian.. Gue bakalan rindu banget masa-masa disaat kita bersama terutama hari ini.. :)

Kejadian ke-1
Waktu lagi rapat, lagi pada serius berpendapat.. ada aja ulah kocak dari seseorang..
terutama buat suci vs faiz.. :D kalo udah ceng-cengan.. beuh.. mantap
dan pasti faiz bkalan bilang "Suci mode on" :D

kejadian ke-2
Waktu akhwat tau pintu kesekretariatan di buka.. langsung deh pada nyerbu buat ngambil minum and permen.. :D
belom lagi pake ada acara berebutan lahan akhwat vs ikhwan.. :D ci nince ketawa sampe permennya jatoh dari mulut.. terus si bebek jalan nyamperin nince, gayanya udah kayak detektif.. pasang muka orang lagi neliti sesuatu.. :D kocak

kejadian ke-3
lagi pada nungguin faiz mimpin rapat. tiba-tina dia dateng dengan muka melas (lucu bayanginnya) n minta tolong ke kita buat ngebantuin dia ngebenerin pintu kesek yanng dia akuin, dia perusaknya.. :D
(Faizzz... faizzz... ceritanya dari lo semua tu)

kejadian ke-4
Udah mau adzan.. sempet-sempetnya akhwat pada maenan lempung bawaannya si suci.. udah gitu gue baru tau kalo tu lempung disimpen di tempat mukena paling bawah (parah) :D

Kejadian ke-5
Waktu kita mau pada pulang ada aja masalah.. yang segala al-qur'an ilang.. :/
Udah mulai tegang deh suasananya.. n Faiz udah pulang duluan.. akhirnya si korban pulang dalam keadaan menangis.. hhu.. ikutan sedih.. :'(

Eittssss.. semua itu ada paparazinya lo.. :D
Tinggal di saksikan saja di acara LDKR yg akan datang.. :D

wassalamualaikum.. Wr. Wb. :D

Sedekah Tidak Harus Ikhlas...

Sedekah tidak harus ikhlas.. hhi katanya sih gitu..
Kenapa bisa begitu? Yuk kita bahas bersama

          Memang idealnya seluruh ibadah harus ikhlas. Termasuk sedekah. Tapi gini, kalo nunggu Ikhlas kapan mau sedekahya? Hhi.
Contoh saja ada seorang pengemis “Pak, mohon sedekahnya saya kelaparan”.
Kata bapak ”Ntar deh. Sekarang hati saya belum ikhlas”
Kata pengemis “waduh, tolonglah pak. Saya hampir sekarat!”
Kata bapak “yah, bagaimana lagi. Hati saya belum ikhlas. Nanti sedekahnya malah jadi sia-sia”

Beginilah contoh orang yang menggunakan otak kirinya, yang sedekahnya nunggu hati ikhlas. Nunggu lebaran monyet dulu kali ya. Hhi maaf. Celaka banget tu, karena si pengemis bisa keburu meninggal karena kelaperan! Dan celakanya lagi si bapak juga bisa keburu meninggal sebelum sempat beribadah n sebelum sempat bersedekah! Nahlo…

Dan orang yang menggunakan otak kanan itu menyukai sesuatu yang simple dan action oriented. Katakanlah anda belum ikhlas. Namun anda berusaha untuk ikhlas dan tetap bersedekah, itu jauh lebih bak. Daripada menunggu ikhlas dulu, baru bersedekah. Hhii… betul gak..?

Misalnya ni anda bersedekah dalam keadaan tidak ikhlas. Betul-betul tidak ikhlas. Konon, kalau begitu keadaannya sedekah itu sendiri tidak dihitung sebagai pahala. Tapi mudah-mudahan uang sedekah itu masih dihitung sebagai pahala.

Kok bisa? Misalnya, handphone anda hilang. Dan hati anda merasa belum ikhlas. Yang mengambil atau yang menemukan handphone anda itu kemudian menjual handphone anda karena mungkin sedang butuh uang untuk keluargnya. Bermanfaat bagi orang lain bukan? Nah mudah-mudahan itu menjadi amal jariyah. InsyaAllah…

Kesimplannya, tetaplah bersedekah, entah sudah ikhlas atau belum ikhlas. By the way, kita tahu darimana kita sudah ikhlas atau belum ikhlas? Hanya Dia Yang Maha Mengetahui. Jadi, tetaplah bersedekah, karena kita sendiri tidak tahu ikhlas sejati itu seperti apa. Kita cuma bisa ‘Berusaha untuk ikhlas’. Cuma itu

Tapi ingat Ahsanulamal (Amalan yang terbaik)…
bersedekah dengan iklhas itu jauh lebih baik… oke!!! Ting.. ting..

Sumber : Buku Percepatan Rezeki + editan saya.. hhi

Jatuh cintakah aku??

Assalamualaikum Wr. Wb.

     Cinta... Adakah manusia yang tidak memiliki cinta?
hhee.. Siapakah yang tidak pernah merasakan keindahan dan keajaiban pengaruhnya? Cinta... dia selalu ada dalam  kehidupan manusia, dan selalu bertolak belakang dengan benci.

    Banyak ahli hikmah dan pujangga membicarakannya tetapi tetaplah mereka tidak mampu menyingkap : Mengapa cinta itu begitu indah? Walau kadang dia mengerikan, namun lebih sering membawa senyuman dan rasa rindu ingin kembali merasakannya.
    Bisakah cinta itu mengerikan?? Ya!!! Ada manusia membunuh dirinya karena cinta, merampok karena cinta, bahkan perang antar suku dan negara. Bukan cinnta yang salah... bukan cinta yang layak dijadikan terdakwa. Tetapi kitanya, apakah kita yang mengendalikan cinta atau justru cinta yang justru menguasai diri kita dan membuat kita buta serta pendek akal.
    Bagi seorang yang beriman, kita memiliki pegangan dan pedoman dalam ‘bercinta’. Agar cinta itu tumbuh subur menjadi indah dan bernilai ibadah, bukan tumbuh subur liar dan jalang melahirkan dosa.

Orang jatuh cinta sama saja dengan orang jatuh sakit. Memiliki gejala dan tanda-tanda yang khusus. Orang yang jatuh cinta kepada apa pun tidaklah akan keluar dari tanda-tanda berikut :
  1. Banyak mengingat dan menyebut nama yang dicintai. Setiap momen dan keadaan selalu disebut namanya. ejieee... :D
  2. Mengagumi apa yang dilakukan yang dicintainya itu. Apapun saja-walau buruk-terasa indah. eehhhmmm...
  3. Ridha terhadap apa yang diperbuatnya. Dia tak marah dengan apa yang diperbuat oleh yang di cintainya itu, walau begitu menyakitkan. Apalagi sesuatu yang menyenangkan! ckckckck...
  4. memberikan pengorbanan untuknya. Tidak ada cinta tanpa pengorbanan, bukan hanya uang, nyawa pun siap dikorbankan demi sang kekasih. subhanAllah... J
  5. Takut. Bukan takut sebagaimana dengan hewan buas, tetapi  takut jjika dia beralih ke lain hati, takut dia pergi, takut dia sudah tidak cinta lagi.
  6. Penuh pengharapan. Berharap agar bisa sehidup semati dan selalu ada di sampingnya baik susah dan senang.
  7. Mentaatinya. Apa yang diinginkan sang kekasih akan dituruti walaupun sulit. Semua ini demi CINTA!! ciieeeeeeeee....

Hmm.. kalau begitu lihatlah tanda-tanda ini! Apakah ada dalam diri kita? Jika ada, maka kita—diakui atau tidak—sedang mengalami JATUH CINTA. Masalahnya adalah kepada siapa cinta itu kita berikan?
Kita sedang mencintai Allah, rasul, dan amal shalih, maka ciri dan tandanya sama dengan di atas.
Kita sedang mencintai harta, tahta, wanita/laki-laki, maka ciri dan tandanya sama dengan di atas.
Kita sedang mencintai maksiat dan kejahatan, maka ciri dan tandanya sama dengan di atas juga.

            Semua pilihan ada di tangan kita, dan akibatnya pun akan kita terima masing-masing sebagai bentuk hak dari apa yang kita putuskan terhadap cinta.

Sesungguhnya dalam satu rongga dada hanya ada satu hati...
Dalam satu hati hanya ada satu cinta yang tinggi dan mulia...
Cinta itu hanya kepada Allah, rasul, dan berjuang untuk agammanya..
SEMOGA BERMANFAAT.... :)
Wassalamualaikum Wr. Wb

Pesan dari sahabat

Guci yang retak ibarat renggangnya suatu persahabatan
Ibarat sebuah GUCI,

15 Bulan yang lalu terpilihlah tanah-tanah yang berkualitas yang akan membentuk Guci baru.

Di Bulan pertama,Guci itu mulai dibentuk

Dua Bulan kemudian,  penjemuran dilakukan. Dan nampaknya tanah itu sudah mulai saling mengeraskan.

Di Bulan ke 5 dan 7 penjemuran dan pelukisan dilakukan. Nampaknya Guci itu makin kuat, indah, dan kokoh.

Namun dipertengahan Bulan ke-7, Guci itu lecet.

Di Bulan ke-8 retakan-retakan timbul di seala sisi...

Di Bulan ke-9 kerapuhan semakin wujud, tanah-tanah yang dulu saling menguatkan nampaknya sudah tak sebagus dulu.

Dan di Bulan ke-11 Guci itu benar-benar pecah!! Tidak ada lagi kepedulian, pudarnya persaudaraan, hilangnya senyum layaknya Guci yang dulu.

Dan kini, tanah-tanah dari Guci itu sedang membaca pesan ini, akankah tanah ini terus berserakan seperti ini? Atau Guci yang dulu pecah kembali terbentuk?

21 December 2011

Indahnya Ilmu


Assalamualaikum Wr. Wb.

Ilmu.. hmm betapa indahnya ilmu itu. Kekuatannya mampu mengubah segalanya. Mengubah yang tidak tahu menjadi tahu, yang kecil menjadi besar, yang tidak bisa menjadi mahir. Bahkan ilmu dapat mengubah benci jadi cinta.

Ya, benci jadi cinta. Contohnya aku  yang pada awalnya begitu tidak menyukai satu pelajaran, namun keindahan ilmu telah membawaku menjelajahi hal yang tidak aku sukai itu. Hingga akhirnya, ya...  aku mulai terperosok jatuh.. dalam.. dalam.. dan semakin dalam aku jatuh cinta terhadap pelajaran tersebut.

Sunggguh ketika aku mengatakan ‘Sulit’ yang kudapat hanyalah kesulitan. Namun ketika aku menatakan ‘Mudah’ benar yang kudapat adalah kemudahan. Hmmm... jadi sugesti pun menjadi salah satu faktor dalam tahap mencintai.

Hmmm.. rasanya cukup dengan satu bab aku paham, aku bisa mencintai setiap bab  yang ada. Walau harus dengan upaya yang besar namun mengasyikkan. Ditambah lagi oleh faktor guru. Ya, guru sangat berperan besar bagi orang-orang seperti aku yang agak kurang mahir dalam membuat rangkuman. hhee..

Guruku jugalah yang membuatku jatuh cinta pada pelajaran itu. Beliau berkata “Selalu hadirkan pertanyaan dalam setiap jawaban. tanyakan ‘mengapa harus bla.. bla.. bla..?’”. Dan.. taraaa... Efektif, pertanyaan itu memacu rasa penasaran yang cukup tinggi. Yang karenanya aku jadi mencari-mencari dan mencari apa jawaban atas pertanyaan itu..

Begitupun dengan cinta.. tanyakan pada dirimu ‘Mengapa aku harus mencintai pelajaran bla.. bla.. bla..? Hal apa yang membuatnya patut ku cintai?’ Kemudian carilah jawabannya.. jangan menyerah untuk menemukannya. hingga kau paham mengapa pelajaran itu yang kau pilih untuk kau cintai...

Semoga bermanfaat..
Wassalamualaikum Wr. Wb.
20/12/2011

19 December 2011

Apa hebatnya ikhwaan itu??

     Hatiku terlalu agung untuk diumbar..!! Siapa dia? Dia hanya seorang ikhwan... Bukan pemimpinku.. Lalu apa yang patut ku harapkan darinya? Dia tak dapat memberiku janji. Ia hanya seorang ikhwan dengan kesederhanaanya.
   
     Kecuali, jika memang ikhwan itu berniat menjadi pemimpinku dan memang sudah memintaku pada orangtuaku. Maka wajar saja bila hatiku gundah merindukanya.

     Namun nyatanya, dia hanya seorang ikhwan yang entah akan menjadi jodohku atau tidak. Hmmm... yang aku tahu hanyalah keberhasilanya mengganggu hatiku, keberhasilannya membuatku gelisah. Dan bahkan ia berhasil menginspirasikanku untuk menciptakan tulisan ini.

      Ya... Congratulation untuk mas yang di sana!!!!!

      Kini, aku menjadi tak mengerti dengan hatiku sendiri. Rasanya ingin sekali aku masuk ke pesantren dan membiarkan diriku jauh dari para "Ikhwan pengusik hati" itu..

      Sebenarnya apa yang para ikhwan mengerti tentang masalah hati wanita??

      Mereka tidak mengerti... Sesungguhnya ketika ia membawa setitik perhatian, itu sama dengan menanam benih-benih luka bagi seorang wanita apabila perhatian itu tak berlanjut hingga jenjang yang halal..

      Ikhwan tidak tahu apa yang mereka berikan sering kali disalah artikan. Begitupun aku, aku kahwatir apabila aku pun menyalah artikan maksudnya yang selalu dia bilang untuk tak mau menyakiti hati wanita...

    Namun... hai ikhwan.. kau terlalu ahli. Kau ulur tali itu, tapi tetap kau genggam erat. Sehingga sesuatu yang kau ikat itu tidak dapat lepas darimu.... :D

-Rachma Syafitri-

Kacamata Malaikat (Mom, My Inspiring Woman)

Siang hari yang  riuh, saat tepat sang mentari memancarkan sinarnya yang mampu menembus hati setiap orang untuk mengatakan bahwa waktu istirahat telah tiba. Namun dengan seragam putih abu-abu kesayanganku yang terlihat kumuh, aku tidak mengindahkannya. Aku tetap berjalan dengan diiringi rasa bahagia yang tak tergambarkan menuju kepada seorang tukang kacamata di pinggir jalan yang penuh sesak dengan manusia.

           “Pak kacamata plus dengan harga Rp. 30.000,- ada?”

            “Gak ada neng, yang paling murah Rp. 45.000,- ” Senyum hangat terlontar dari bibir tukang kacamata itu.

            “Wah.. Saya tidak mempunyai uang cukup untuk membelinya pak. Hmmm... tukar tambah bisa?”

            “Bisa, mana sini kacamatanya?”

            “Tunggu sebentar...” Aku berlari dengan cepat ke rumah untuk  mengambil kacamata Ibu yang sudah rusak.

            Setibanya di rumah, aku ucapkan salam kepada Ibu—karena hanya tinggal kami berdua yang berada di dalam rumah—dengan  suara rendah. Ketika ku tengok, ternyata Ibu sedang tertidur.  Dengan mengendap-endap aku memasuki kamar Ibu. Aku membuka laci lemarinya dan mengambil kacamata yang telah rusak itu. Kudekati beliau dan aku berbisik kepadanya “Ibu, sebentar lagi kau akan bisa dengan nyaman membaca Al-Quran kecilmu itu. Selamat tidur Ibu” Ku kecup pipinya, tersenyum lebar, dan dengan bersegera kembali berlari lagi menghampiri tukang kacamata itu.

            “Hhuhhh... hhuhhh... Ini pak kacamatanya.” Aku terengah-engah.

            “Oh iya.. Sebenarnya untuk apa sih eneng beli kacamata plus? kan eneng masih muda.” Sambil memeriksa kacamata.

            “Hari ini adalah hari ibu pak, saya ingin memberikan kado untuk ibunda saya. Sudah sejak lama ibu menginginkan sebuah kacamata baca baru. Karena satu-satunya kacamata yang ibu punya rusak dan saya tidak tega jika harus melihatnya membaca dengan jarak yang jauh. Dan saya sengaja mengumpulkan uang saku untuk hari ini.”

            “HHmmm... Sebenarnya kacamata ini hanya berharga Rp. 5000,-. Tapi tak apa lah. Segeralah kau pulang dan berikan ini kepada Ibumu.“

            “Wah.. terimakasih banyak pak..” Bapak itu tersenyum dan melambaikan tangannya memberi tanda agar aku segera pulang dan memberikannya kepada Ibu. Sungguh mulia hati bapak itu.

            Dengan bersegera aku berlari pulang. Ketika sampai di rumah aku dapati Ibu masih tertidur pulas di atas ranjang empuknya. Aku mengganti pakaianku, kemudian aku duduk di sampingnya sambil menunggu beliau terbangun dari tidurnya.

            Satu jam........ dua jam....... tiga jam berlalu, Ibu belum kunjung terbangun. Aku tetap menunggu, aku tidak tega membangunkannya, tangannya dingin, wajahnya terlihat amat lelah, dan bibirnya pucat. Aku tak ingin mengganggu istirahatnya. Biarkan ibu terbangun dengan sendirinya.

            Beberapa menit kemudian tiba-tiba tubuhku seperti terguncang sesuatu, pandanganku berbayang, ‘Taaarrr...’ piring dan gelas berjatuhan. Aku lihat cermin, bergoncang amat kencang. Dinding rumahku mulai retak. Orang-orang berhamburan keluar. Ya Allah ini gempa. Aku panik.. ku genggam erat bungkusan kecil yang baru saja aku beli itu. Sungguh aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada beliau. Mataku menjelajahi seisi kamar, mencari sesuatu yang dapat aku gunakan untuk menyelamatkan kami berdua. Namun apa yang harus kulakukan???

            Aku bingung, di satu sisi aku harus membawa Ibu keluar rumah tapi di sisi lain aku tidak kuasa membangunkannya. Ibu terlalu lelah. Wajahnya semakin pucat. Tak ada pilihan lain. Ku ambil selimut di samping beliau,
lalu ku tutupi tubuh kami berdua, dan ku peluk erat tubuh ibuku.

            Dalam tangisku, aku berdoa pada Sang Khalik “Ya Allah Tuhan Semesta Alam, selamatkanlah aku dan ibuku dari bencana ini. Janganlah Engkau biarkan sedikitpun reruntuhan ini menyentuhnya. Biarkanlah ia mencukupkan istirahatnya, dan ketika ia terbangun biarkanlah aku melihat senyumannya. Biarkan aku memberikan kado kecil ini untuknya. Biarkan ia mampu membaca kitab-Mu dengan nyaman. Namun jika memang telah tiba saatnya bagi kami untuk menghadap-Mu, biarkanlah kami tertidur untuk selamanya dalam keadaan husnulkhotimah. Cukuplah Engkau menjadi Penolong kami dan Engkau adalah sebaik-baik Pelindung. Amin”

            Tiba-tiba goncangan itu berhenti. Aku buka selimut yang menutupi tubuh kami berdua. Dan Subhanallah, rumah kami hancur, semua runtuh, tidak ada yang tersisa kecuali satu kasur tempat kami berbaring dan seperangkatnya yang masih utuh tanpa sedikitpun terkena reruntuhan. Aku berdiri, dan bersujud kepada Allah. “Sujud syukur pada Engkau yang telah menyelamatkan kami dari bencana ini, dan tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.”

            Aku kembali duduk di samping ibu. Selelah itukah ibundaku?? Sejak tadi bahkan ketika goncangan dahsyat pun beliau masih tetap terlelap dalam tidurnya. Apakah ini waktunya aku membangunkan beliau?? Karena aku rasa dengan waktu istirahat yang cukup lama, maka hilanglah sebagian rasa lelahnya. Bibirnya tersenyum, tapi warna wajahnya semakin pucat, tak merona. Tubuhnya semakin dingin. Apa ibu sedang sakit?? Tapi sakit apa?? Selama ini ibu selalu bicara padaku ketika ia sedang sakit.

           Akhirnya dengan penuh keyakinan dan sedikit rasa tega aku mengusap kening ibu yang semakin dingin. Aku gemetar. Suatu perasaan tidak enak menghantuiku.  Ah itu hanya perasaan saja. Aku coba membuka bibirku dan mengeluarkan suara lirih “Ibu, bangun! Waktu ashar hampir habis. Kita belum sholat bu.” Tak ada jawaban sedikit pun dari ibu. “Ibu, apakah engkau masih lelah bu?” air mataku menetes. “Ibu, apakah engkau sudah lelah untuk membuka matamu bu?” Ibu hanya memancarkan senyum yang tak berubah sejak aku pulang dari tukang kacamata itu.

           Ibu... mengapa engkau mengacuhkanku?? Apa kau marah padaku?? Apa kau tak ingin menerima kado kecil ini untukmu?? Apakah karena Sang Khalik telah menjemputmu?? Sang Khalik menjemputmu?? Ibuuuuuuu...........

           Aku baru tersadar, ternyata sejak aku pulang dari tukang kacamata itu. Sejak aku bisikkan selamat tidur pada ibu. itu adalah salam perpisahanku dengannya. Wajahnya yang semakin pucat kulihat, tangannya yang semakin dingin kusentuh. Ternyata itu bukan tanda kelelahannya, tapi itu tanda bahwa ia telah tertidur untuk selamanya.

“Sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah kita akan kembali. Ya Tuhan ku, sungguh agung cara-Mu memisahkan kami. Bahkan disaat terakhir pun Engkau masih membiarkan aku melihat senyumnya. Ampunilah dosa-dosa ibuku, terimalah segala amal ibadahnya, terangilah kuburnya, dan tempatkan malaikatku di tempat terindah penuh nikmat-Mu. Amin” Dengan penuh haru, senyum, dan rasa ikhlas, kulepas ibu dari pelukanku.

          Sungguh Ibu telah menginspirasikan banyak hal kepadaku. Ia mengajarkanku untuk mengutamakan Al-Qur'an dalam hidupku, untuk menjadi seorang wanita yang tegar, bahkan dipenghujung waktunya ia masih memberiku pelajaran untuk tersenyum dalam keadaan apapun.

          Namun kini malaikatku telah pergi. Ya... Pergi jauh menghadap Sang Khalik dan kado kecil ini masih kugenggam.
          Biarlah kusimpan untuk selamanya, sebagai bukti nyata rasa cintaku kepadamu Ibuku... :')

-THE END-
Rachma Syafitri
13/12/2011